Tampilkan postingan dengan label Cerita Penuh Makna. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerita Penuh Makna. Tampilkan semua postingan

Senin, 22 April 2013

Suatu hari seorang anak mengikuti sebuah perlombaan balap mainan, suasana sungguh meriah ketika itu.
karena saat itu adalah babak final,
hanya tersisa empat orang sekarang, dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang dimiliki.
semuanya buatan sendiri, sebab, memang begitulah peraturannya.
Ada seorang anak bernama Zaid, mobil yang dimilikinya tidak begitu istimewa, namun dia termasuk empat orang anak yang masuk final dala perlombaan itu,  dibanding semua lawannya mobil mainan Zaid yang paling tidak sempurna. beberapa anak menyaksikan kekuatan mobil itu untuk berpacu dengan mobil yang lainnya.
ya, memang mobil itu tidak begitu menarik, dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip yang ada di atasnya, tentu tidak sebanding dengan mobil mainan mewah yang dimiliki lawannya. Namun, Zaid bangga dengan hasil dan kerja kerasnya sendiri hingga menciptakan sebuah mobil mainan meskipun hanya sederhana.
Tibalah saat yang dinantikan, setiap anak bersiap-siap di garis start untuk mendorong mobil mainan mereka kencang-kencang, di setiap jalur lintasan, telah siap empat mobil dengan empat pembalap kecil lainnya.
lintasan itu bebentuk lingkaran dengan empat jalur terpisah diantaranya. Namun sesaat kemudian Zaid meminta waktu sebentar sebelum perlombaan dimulai, Dia tampak berkomat-kamit sepertinya dia sedang berdo'a dan matanya terpejam dengan tangan yang tertangkup dengan memanjatkan do'a. Kemudian setelah itu Zaid berkata, "Ya..Aku siap".

Panitia penyelenggara membunyikan alarm sebagai tanda dimulainya perlombaan, dengan satu hentakan yang kuat semua mobil itu meluncur dengan kencang dan ketika itu para pendukung dari masing-masing anak berteriak untuk mendukung jagoannya.
hingga akhirnya mobil mainan Zaid yang lebih dulu sampai di garis finish.
ya, semuanya senang, begitu juga dengan Zaid, dia berucap dan mulai berkomat-kamit lagi, "Terimakasih Tuhan...!!!", katanya dalam hati dengan ekspresi bersyukur.
Saat pengumuman dan pembagian piala tiba, Zaid maju ke depan dengan senang, sebelum piala itu diserahkan ketua panitia bertanya, "Hai jagoan, kamu tadi pasti berdo'a kepada Tuhan agar kamu menangkan?" ujarnya dalam senyum dan canda kepada Zaid.
Zaid terdiam, lalu menjawab, "Bukan Pak, bukan.itu yang aku panjatkan, sepertinya tidak adil untuk meminta kepada Tuhan untuk menolong saya mengalahkan orang lain. Saya hanya memohon kepada Tuhan agar saya tidak menangis seandainya saya kalah". Semua orang yang hadir terdiam mendengar hal itu dan kemudian setelah beberapa saat terdengar suara gemuruh tepuk tangan yang memenuhi ruangan itu.


Hikmah:
Mungkin telah banyak waktu yang telah kita lakukan untuk meminta kepada Tuhan untuk mengabulkan setiap permintaan kita. Menjadikan nomor satu, menjadi yang terbaik bahkan menjadi pemenang dalam setiap ujian Nya.
Padahal, bukankah yang kita butuhkan adalah bimbingan Nya, tuntunan Nya dan panduan Nya?
Kita sering terlalu lemah untuk percaya bahwa kita kuat.
Kita sering lupa dan kita juga sering merasa cengeng dalam kehidupan ini.
Tidak adakah semangat perjuangan yang ingin kita lalui?
Kita percaya, bahwa Tuhan memberikan kita ujian yang berat bukan untuk menjadikan kita sebagai makhluk yang lemah,
cengeng dan mudah menyerah.
Karena sesungguhnya Tuhan selalu menguji setiap hamba Nya yang "SHOLEH"


Sumber: Resonansi Jiwa

BELAJAR SABAR

Di suatu hari seorang anak muda mengunjungi ahli permata di sebuah desa terpencil,
anak muda itu pun menyatakan maksudnya untuk berguru, pada awalnya ahli permata itu menolak untuk mengajarinya karena dia khawatir anak muda itu tidak memiliki kesabaran yang cukup untuk belajar.
Anak muda itu memohon dan memohon untuk kesekian kalinya sehingga akhirnya ahli permata itu menyetujui permintaanya.
"Datanglah ke sini besok pagi...!!!", kata ahli permata itu.
sesuai janjinya anak muda itu datang dan menemui Si ahli permata itu, kemudian ahli permata itu meletakkan batu berlian di atas tangan anak muda itu dan memerintahkan untuk menggenggamnya. Ahli permata itu meneruskan pekerjaannya dan meninggalkan anak muda itu sampai sore.
Hari berikutnya, ahli permata itu kembali menyuruhnya untuk menggenggam batu yang sama dan tidak mengatakan apapun sampai sore harinya, demikian juga seterusnya pada hari ketiga, keempat dan kelima.
Pada hari keenam, anak muda itu tidak tahan lagi dan bertanya kepada gurunya, "Guru, kapa saya akan diajarkan sesuatu???" gurunya berhenti sejenak dan menjawab, "Anak muda, akan tiba saatnya nanti". Sang guru kembali meneruskan pekerjaannya.
Beberapa hari kemudian, anak muda itu merasa frustasi, ahli permata itu kemudian memanggilnya dan meletakkan sebuah batu di tangan pemuda itu.
anak muda itu sebenarnya sudah tidak tahan lagi ingin menumpahkan kekesalannya, tetapi ketika batu itu diletakkan di atas tangannya, anak muda itu langsung berkata, "ini bukan batu yang sama guru...!!!".
kemudian sang guru menjawab, " ya, itulah jawabannya anak muda, kau telah belajar sabar selama lima hari untuk menggenggam batu yang sama."


Hikmah:
Hidup mengajari kita secara diam-diam, semakin kesal kita pada hidup maka semakin terasa jauh kehidupan itu.
tidak ada yang lebih baik yang kita lakukan kepada hidup ini  selain kita belajar dengan sabar untuk selalu menerima "APA ADANYA"



Sumber: Resonansi Jiwa

Senin, 15 April 2013

UNTUK KITA RENUNGKAN


Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bertanya kepada ibunya. "Ibu, mengapa Ibu menangis?".
Ibunya menjawab, "Sebab, Ibu adalah seorang wanita, Nak".
"Aku tak mengerti" kata si anak lagi. Ibunya hanya tersenyum dan memeluknya erat. "Nak, kamu memang tak akan pernah mengerti...."
Kemudian, anak itu bertanya pada ayahnya. "Ayah, mengapa Ibu menangis?
Sepertinya Ibu menangis tanpa ada sebab yang jelas?"Sang ayah menjawab, "Semua wanita memang menangis tanpa ada alasan". Hanya itu jawaban yang bisa diberikan ayahnya.
Lama kemudian, si anak itu tumbuh menjadi remaja dan tetap bertanya-tanya, mengapa wanita menangis.
Pada suatu malam, ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan."Ya Allah, mengapa wanita mudah sekali menangis?" Dalam mimpinya, Tuhan menjawab,"Saat
Kuciptakan wanita, Aku membuatnya menjadi sangat utama.Kuciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya, walaupun juga, bahu itu harus cukup nyaman danlembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur.
Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan, dan mengeluarkan bayi dari rahimnya, walau, seringkali pula, ia kerap berulangkali menerima cerca dari anaknya itu.
Kuberikan keperkasaan, yang akan membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah, saat semua orang sudah putus asa.
Pada wanita, Kuberikan kesabaran, untuk merawat keluarganya, walau letih, walau sakit, walau lelah, tanpa berkeluh kesah.
Kuberikan wanita, perasaan peka dan kasih sayang, untuk mencintai semua anaknya, dalam kondisi apapun, dan dalam situasi apapun. Walau, tak jarang
anak-anaknya itu melukai perasaannya, melukai hatinya. Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada bayi-bayi yang terkantuk menahan lelap. Sentuhan
inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut olehnya.
Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya, melalui masa-masa sulit, dan enjadi pelindung baginya. Sebab, bukankah tulang rusuklah yang melindungi setiap hati dan jantung agar tak terkoyak?Kuberikan kepadanya kebijaksanaan, dan kemampuan untuk memberikan pengertian dan menyadarkan, bahwa suami yang baik adalah yang tak pernah melukai istrinya. Walau, seringkali pula, kebijaksanaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada suami, agar tetap berdiri, sejajar, saling melengkapi, dan saling menyayangi.
Dan, akhirnya, Kuberikan ia air mata agar dapat mencurahkanperasaannya. Inilah yang khusus Kuberikan kepada wanita, agar dapat digunakan kapanpun ia inginkan. Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita, walaupun sebenarnya, air mata ini adalah air mata kehidupan".
Maka, dekatkanlah diri kita pada sang Ibu kalau beliau masih hidup.

Oleh: M. A. Simbolon

Apakah Tuhan Ada?


Oleh: M. A. Simbolon
Dalam sebuah pesta ulang tahun anak komunis yang kaya raya di rumahnya, ia sengaja mengumpulkan anak-anak di sekitarnya dan ingin merusak pola pikir mereka agar tidak mengenal Tuhan. Salah satu anak seorang kiai terkenal diundang juga. Setelah anak-anak kumpul, sang komunis berkata:
"Anak-anak sekalian, Om mau tanya, 'Apakah Tuhan itu ada?' Ayo jawab siapa yang bisa menjawab Om kasih uang 500 ribu."
"Tuhan itu ada Om," teriak salah seorang anak yang mengharapkan hadiah uang.
"Kalau ada, coba kamu minta uang sama Tuhan," ujar sang komunis menguji jawaban anak itu.Namun sang anak malah bingung dan diam.
"Kenapa diam? pasti Tuhan tidak memberi kamu uang kan? Nah, coba kalau kamu minta uang sama Om."
"Om, minta uangnya dong," ujar anak tadi.
Lalu sang komunis itu segera memberikan selembar uang 100-an ribu.
"Nah, jadi Tuhan itu tidak ada, karena tidak dapat memberi kalian uang. Setuju enggak."
"Setuju...!!" Teriak anak-anak itu lalu mereka minta uang. Sang komunis segera memberikan uang-uangnya.
Tiba-tiba terdengar jeritan, semua yang hadir menuju tempat tersebut. Ternyata anjing kesayangan sang komunis itu sedang sekarat akibat keracunan makanan. Sang komunis sangat sedih dan menangis.
"Maaf Om, bisakah Om menghidupkan anjing kesayangan Om itu?" tanya anak seorang kiai makrifat.
Sang komunis itu hanya terdiam sambil terus menangis. Lalu anak sang kiai itu berdoa dengan suara kencang.
"Ya Tuhan, tolonglah Om ini. Dia kebingungan karena anjingnya Kau buat sekarat. Ya Tuhan hidupkanlah anjing ini... karena aku yakin Tuhan itu ada."
Usai sang anak berdoa, dengan izin Tuhan, anjing yang sekarat itu mulai membaik. Semua yang hadir tersentak kaget. Sang komunis tersenyum senang.
"Ini nak, uang satu juta buat kamu. Karena kamu sudah menolong anjing Om," ujar sang komunis sambil memberikan uangnya.
"Tidak Om, terima kasih. Ternyata Tuhan itu memang ada, kan Om?" Kata sang anak itu lalu pergi pulang. Diikuti anak-anak yang lain sambil melempar uang 100 ribu yang dipegangnya.